Anak yang berbakti kepada orang tua
dan memiliki kemampuan baik diniyah
(agama) maupun duniawi adalah harapan setiap orang tua kaum muslimin.
Tentu untuk mendapatkan yang demikian tidaklah mudah, akan tetapi harus diusahakan
dengan sungguh-sungguh disertai dengan permohonan kepada Allah.
Harapan untuk mendapatkan anak yang
memiliki sifat ideal ini hampir-hampir sulit diraih oleh kaum muslimin. Hal ini
dikarenakan terdapat banyak hambatan, baik dari dalam maupun dari luar.
Hambatan yang berasal dari luar di
antaranya adalah lingkungan yang tidak kondusif. Sebegitu ketatnya orang tua
mengontrol anak apabila dia tidak memperhatikan lingkungannya maka tidak akan
berarti apa-apa. Begitu banyak hal yang merusak kepribadian anak seperti
tayangan TV, media elektronik dan cetak secara umum adalah di antara contohnya.
Seorang anak yang selamat dari TV ketika dia membuka internet misalnya dia
dapatkan hal yang buruk demikian pula ketika dia membuka majalah. Nas
alullaha As-Salamah (kita memohon keselamatan kepada Allah).
Hambatan lain adalah biaya pendidikan
secara umum yang kurang terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Tidak
dipungkiri bahwa untuk mendapatkan kualitas yang baik tentu memerlukan biaya
yang besar. Hanya saja kalau semakin lama biaya pendidikan semakin tidak
terjangkau oleh masyarakat tentu akan menimbulkan hal yang tidak baik dan akan
terbukti kebenaran perkataan orang “Orang miskin dilarang sekolah”.
Oleh sebab itu perlu adanya pemikiran
dan niat yang lurus untuk menyelesaikan masalah ini. Untuk masalah yang pertama
yaitu situasi lingkungan yang banyak merusak maka di antara yang patut
diperhatikan adalah membekali anak dengan tameng yang kuat. Yang dimaksud
adalah aqidah shahihah / benar dan akhlaq karimah / mulia.
Harapannya adalah dengan sedini mungkin anak dibekali dengan hal ini maka
mereka insya Allah masih dalam kondisi fitrah yang murni sehingga
dalam menghadapi kerusakan-kerusakan lingkungan mereka sudah memiliki filter
yang bisa melindunginya.
Usia dini ( 4 sd. 6 tahun) merupakan
usia yang oleh sebagian kalangan merupakan usia yang tidak boleh untuk diajari
membaca dan menulis. Karena mereka berpendapat bahwa hal ini akan menyebabkan
efek negatif bagi anak. Teori inilah yang masih banyak berkembang di kalangan
masyarakat.
Sebagian kalangan pendidik justru
mengatakan yang sebaliknya, bahkan mereka menguatkannya dengan berbagai
penelitian ilmiah yang telah dilakukan. Karena menurut mereka, pada usia 2
hingga 3 tahun anak-anak telah memiliki kemampuan untuk mengenal dan membedakan
nama-nama benda. Sehingga menurut mereka tidak ada salahnya untuk memberikan
sesuatu yang bermanfaat pada anak didik pada usia dini seperti pelajaran
membaca dan menulis misalnya.
Hal yang jelas dan gamblang adalah melalui
proses pembelajaran yang kontinue dan didukung dengan sistem kurikulum serta
pengajar yang tangguh, insya Allah anak-anak pada usia pra sekolah akan
mampu membaca, menulis dan menghafal dengan baik dan hal ini telah banyak
dibuktikan oleh lembaga-lembaga pendidikan pra sekolah. Akan tetapi, hal ini tetap
harus mempertimbangkan masa bermain yang masih melekat pada diri anak-anak usia
pra sekolah.
Hal yang tidak boleh diabaikan dalam
pendidikan usia pra sekolah adalah sistem pendidikan yang dipakai. Sistem
pendidikan yang selama ini dipakai - kalau tidak boleh dikatakan semuanya –
sebagian besar hanya berorientasi pada peningkatan kemampuan intelegensinya.
Hal inilah yang patut untuk disadari, bahwa semata kecerdasan dan kemampuan
intelegensia tidak akan membawa kemaslahatan yang besar.
Maka sistem pendidikan yang benar
adalah penggabungan antara kemampuan intelegensia dan kekuatan keyakinan yang
tertanam di dada mereka serta diaplikasikan dalam keseharian mereka. Inilah
yang kami sebut sebagai orientasi membentuk generasi cerdas yang beraqidah
shahihah dan berakhlaq karimah. Yang dimaksud cerdas
adalah kemampuan mereka membaca dan menulis serta menghafal, beraqidah
shahihah adalah mereka memiliki keyakinan yang benar tentang agama ini dan
berakhlaq karimah adalah mereka menggunakan kecerdasan itu dalam keseharian
mereka dengan akhlaq / perilaku yang mulia. Generasi inilah yang
berusaha untuk sebanyak mungkin dicetak. Karena merekalah generasi yang akan
memakmurkan bumi ini sesuai dengan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena beberapa alasan di atas itulah TK
Islam AIC didirikan, dan perlu disadari bahwa pendirian TK Islam AIC ini tidak
bisa tidak harus didukung oleh segenap lapisan masyarakat yang peduli dengan
pendidikan putra-putri kaum muslimin dan demi masa depan Islam dan kaum
muslimin yang lebih cemerlang. Oleh sebab itu kami mengundang dan mengajak kaum
muslimin dan muhsinin untuk ikut memberikan sumbangsihnya untuk kelancaran
pendirian dan pengelolaan ke depan TK Islam AIC ini.
Di antara yang patut untuk
diperhatikan adalah bahwasanya motif dari pendirian TK Islam AIC ini adalah
menyediakan pendidikan dasar yang berkualitas untuk putra-putri kaum muslimin
dengan biaya yang terjangkau kalangan menengah ke bawah. Oleh karena itu dalam
anggaran biaya yang insya Allah kami sertakan terdapat BOP (Bantuan
Operasional Pendidikan) yang akan dialokasikan untuk mensubsidi biaya
pendaftaran dan juga biaya pendidikan bulanan.
Rencana pendirian TK Islam AIC ini
tidak lepas pula dari teori SWOT walaupun secara spesifik tentu saja TK Islam
AIC ini bukan untuk bisnis tapi sebagai wacana dan juga motivasi untuk
memajukan TK Islam AIC akan dipelajari pula teori ini.
Analisa dari segi kekuatan adalah :
1. Sistem
kurikulum yang dipakai merupakan gabungan dari kurikulum TK Islam-TK Islam yang sudah berkualitas outputnya
2. TK Islam AIC ini didukung dengan tenaga pengajar
yang berkompeten dan telah berpengalaman di bidangnya
Adapun dari segi kelemahan adalah :
1. TK Islam AIC ini masih baru atau bahkan belum
beroperasi sehingga belum ada kepercayaan penuh dari masyarakat untuk
menyerahkan anak-anaknya di TK Islam AIC ini
2. Sarana dan prasarana yang dimiliki TK Islam AIC
ini belum lengkap sehingga bisa timbul keraguan dari orang tua
Adapun dari segi tantangan adalah :
1. Banyaknya TK Islam
yang telah dahulu berjalan dan bahkan sudah berkualitas outputnya
2. Kondisi ekonomi, sosial dan politik Indonesia
secara umum yang belum kondusif
Sedangkan dari segi peluang yang bisa dimasuki
adalah :
1. Animo kaum muslimin untuk memasukkan anak-anaknya
ke lembaga pendidikan Islam yang semakin besar, sehingga harus diimbangi dengan
jumlah lembaga pendidikan Islam yang memadai
2. Sebagian besar lembaga pendidikan Islam membidik
pasar (walaupun tidak berorientasi bisnis) kalangan menengah atas sehingga
banyak dari kalangan menengah ke bawah kurang bisa menikmati pendidikan. Maka
sebagai mana komitmen TK Islam AIC semula yaitu menyediakan lembaga pendidikan
yang terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah dan ini merupakan point positif
bagi TK Islam AIC ini karena tentu akan dilirik oleh masyarakat khususnya
kalangan menengah ke bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar